Kamis, 30 April 2009

Cerita dari Sumatra Barat


MALIN KUNDANG ANAK DURHAKA
Dahulu kala di Padang Sumatra Barat tepatnya di Perkampungan Pantai AirManis ada seorang janda bernama Mande Rubayah. Ia mempunya seorang anak laki-laki yang bernama Malin Kundang.
Malin sangat di sayang oleh ibunya, karena sejak kecil Malin Kundang sudah di tinggal mati oleh ayahnya.
Malin dan ibunya tinggal di perkampungan nelayan. Ibunya sudah tua ia hanya bekerja sebagai penjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Mande Rubayah tentu saja sangat bingung. Tidak pernah Malin jatuh sakit seperti ini. Mande Rubayah berusaha sekuatnya untuk mengobati Malin dengan mendatangkan tabib.
Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat di selamatkan berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia makin sayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya.
Ketika sudah dewasa, Malin berpamit kepada ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu memang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis.
"Bu, ini kesempatan yang paling baik bagi saya." kata Malin. "Belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib kita sehingga kita akan menjadi kaya raya."
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan anaknya pergi. Malin dibekali nasi berbungkus daun pisang sebanyak 7 bungkus.
Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai di manakah anaknya kini? Jika ada ombak dan badao besar menghempas ke pantai, dadanya berdebar-debar, Ia menedahkan kedua tangannya ke atas sembari berdo'a agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapatia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nahkoda tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya.
Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk
Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nahkoda yang dulu membawa Malin bahwa sekarang Malin telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan kaya raya. Ia turut gembira mendengar itu. Ia selalu berdo'a agar anaknya selamat dan segera kembali menjeguknya.
"Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang..."rintih Mande Rubayah tiap malam.
Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin belum juga datang menengoknya. Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti kembali.
Harapan terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat-tingkat. Orang kampung mengira kapal itu milik sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merepat, tampak sepasang muda-mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebaran keras. Dia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya--->Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung memeluk Malin erat-erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.
"Malin, anakku,"katanya menahan isak tangis karena gembira. "Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?"
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tidak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik meludah sambil berkata,"Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kaumembohongi aku?"
Lalu ia meludah lagi. " Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajad dengan kami?"
Mendengar kata-kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya pada perlakuan anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata,"Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak!"
Malin Kundang tidak menghiraukan perkatan ibunya pikirannya kacau karena ucapan istrinya, Seandainya wanitaitu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya. Malin menendangnya sambil berkata," Hai, Perempuan tua! ibuku tidak seperti Engkau ! melarat dan dekil!.
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang kerumah masing- masing. Tak disangka Malin yang dulu sangat disayang tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika sadar Pantai Air Manis sudah sepi. Di laut dilihatnya kapal mali semakin menjauh. Hatinya perih seperti tertusuk-tusuk. Tangan ditadahnya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang pilu ,"Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, ya tuhan.......!
tidak lama kemudian, cuaca di tengah laut yang tadi nya cerah, mendadakberubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebat. Entah bagaimana walnya tiba-tiba badai besar. Menghantam kapal malin Kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.
Ketika matahari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. itulah kapal Malin Kundang. tak jauh dari tempat itu nampak sebongkoh batu yang menyerupai tubuh manusia.. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu. Di sela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikanbelanak, ikan tenggiri. Konon ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus menerus mencari Malin Kundang.
Demikian, sampai sekarang, jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi lolongan jerit manusia. Sungguh memilukan kedengarannya. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri. " Ampun,Bu..........! Ampuuun,Buuuu.....!" konon itulah suara Malin Kundang.
Orang yang durhaka kepada orang tua nya----terutama kepada Ibunya, orang tersebut tidak akan bisa masuk surga kecuali setelah mendapatkan pengampunan ibunya.




Rabu, 29 April 2009

monas

ini gambar monas di malam hari.
lebih enak di pandang daripada siang hari, indah bukan

Selasa, 28 April 2009

Salam kenal

assalammulaikum warohmatullahi wabarokatuh
pertama gw ucapin puji sukur ke hadiran allah swt atas nikmat yang di berikan nafas kehidupan di dunia ini
terima kasih gw ucapin ke pada ortu
terima kasih gw ucapain ke pada Guru yang telah mendidik gw ampe sekarang
terima kasih gw ucapin ke pada teman yang sudah menyemangati dan dukungannya atas terbuat nya blog gw ini, biar pun sederhana tuh semua buat kemajuan buat gw sendiri.
sekian dulu dari gw
jangkrik007