Jumat, 08 Mei 2009

Cerita Rakyat Jawa Timur


ASAL USUL SURABAYA

Dahulu, di lautan luas sering terjadi perkelahian antara ikan hiu Sura dengan Buaya. Meraka berkelahi hanya karena berebut mangsa. Keduanya sama-sama kuat,sama-sama tangkas,sama-sama cerdik,sama-sama ganas,dan sama-sama rakus.Sudah berkali-kali mereka berkelahi belum pernah ada yang menang atau pun yang kalah Akhirnya mereka mengadakan kesepakatan.
“Aku bosan terus-menerus berkelahi.Buaya.” kat ikan Sura.
“Aku juga Sura.Apa yang harus kita lakukan agar kita tidak lagi berkelahi?”Tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang sudah memiliki rencana untuk menghentikan perkelahiannya dengan Buaya segera menerangkan.
“Untuk mencegah perkelahian di antara kita. Sebaiknya kita membagi daerah kekuasaan menjadi dua.Aku berkuasa sepenuknya di dalam air dan harus mencari mangsa di dalam air, sedsangkan kamu berkuasa di daratan dan mangsamu harus yang berada di daratan .Sebangian batas antara daratan dan air,kita tentukan batasnya,yaitu tempat yang dicapai oleh laut pada waktu pasang surut!”
“Baik,aku setuju gagasanmu itu!”kata Buaya.
Dengan adanya pembagian wilayah kekuasaan,maka tidak ada perkelahian lagi antara Sura dan Baya.Keduanya telah sepakat untuk menghormati wikayah masing-masing
Tetapi pada suatu hari, ikan Hiu Sura mencari mangsa di sungai. Hal ini di lakukan dengan sembunyi-sembunyi agar Buaya tidak mengetahui. Mula-mula hal ini tidak ketahuan. Tetapi pada suatu hari Buaya memergoki perbuatan ikan Hiu Sura ini. Tentu saja Buaya sangat marah melihat ikan Hiu Sura melanggar janjinya.
“Hai Sura, mengapa kamu melanggar peraturan yang telah kita sepakat berdua? Mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Ikan Hiu Sura yang tak merasa bersalah tenang-tenang saja.
“aku melanggar kesepakatan? Bukankan sungai ini berair. Bukankan aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa di air? Nah?sungai ini ’kan ada airnya , jadi juga termasuk daerah kekuasaanku,”kata Ikan Hiu Sura.
“Apa?Sungai itu ‘kan tempatnya di darat,sedangkan daerah kekuasaanmu ada di laut,berarti sungai ini adalah daerah kekuasaanku!”Buaya ngotot.
“Tidak bisa. Aku’kan tidak pernah bilang kalau di air hanya air laut, tetapi juga air sungai,”jawab Ikan Hiu Sura
“kau sengja mencari gara-gara, Sura?”
“tidak!kukira alasanmu cukup kuat dan aku memang di pihak yang benar!” kata Sura.
“Kau sengaja mengakaliku Aku tidak sebodoh yang ku kira!” kata Buaya mulai marah.
“Aku tak pedili kau bodoh atau pintar,yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!”Sura tetap tak mau kalah.
“kalau begitu kamu memang bermaksud membohongiku?dengan demikian perjanjian kita batal! siapa yang memiliki kekuasaan yang paling hebat,dialah yang akan menjadi penguasa tunggal!” kata Buaya.
“Berkelahi lagi, ayo siapa takuuut!” tantang Sura dengan pongahnya.
Pertarungan sengit antara Ikan Hiu Sura dan Buaya terjadi lagi.Pertarungan kali ini semakin seru dan dahsyat.Saling menerjang dan menggigit,saling menggigit dan memukul. Dalam waktu sekejap,air di sekitarnya menjadi merah oleh darah yang di keluar dari luka-luka kedua binatang itu.Merekaterus bertarung mati-matian tanpa istirahat sama sekali.
Dalam pertarungan dahsyat ini,Buaya mendapat gigitan Ikan Hiu Sura di pangkal ekornya sebelah kanan.Selanjutnya,ekornya itu terpaksa selalu membelok ke kiri.Sementara ikan Sura juga tergigit ekornya hingga hamper putus lalu Ikan Sura kembali ke lautan.Buaya puas telah dapat pertahanan kan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan hiu yang bernama sura dengan buaya ini sangat berkesan dihati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu nama Surabaya selalu dikait-kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambing Kota Madya Surabaya yaitu gambar Ikan Sura dan Buaya

Selasa, 05 Mei 2009

Cerita Dari Jawa Timur

BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH

Bawang putih adalah gadis yang sudah tak punya ibu dan bapak. Ia hidup bersama ibu tirinya yang juga punya anak seusia dengannya . Ia selalau dibebeani pekerjaan yang berat-berat,misalnya mengambil air dari sumber yang jaraknya cukup jauh dari rumah.
Sementara saydara tirinya yaitu Bawang Merah tidak pernah disuruh bekerja membantu ibunya. Bawang Putih juga di perintah mencari ranting-ranting kayu bakar untuk menanak nasi dan memasak.Namun gadis ini tak pernah mengeluh.
Ia jalani hidup ini dengan tabah,walau kadang ia juga merasa diperlakukan tidak adil oleh ibu tirinya.Seperti memberi makan ayam harus ia melakukannya,padahal itu pekerjaan mudah dan Bawang Merah pasti bias melakukannya.
Ia juga yang harus menyapu dan manimbun sampah di belakang rumah.Karena sering bergerak tanpa disadari tubuhBawang Putih semakin sintal padat dan sehat.Kecantikannya tidaklah berkurang karena kesibukannya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah.
Sementara Bawang Merah dibiarkan begitu saja.Apabila ada kesalahan sedikit saja ia selalu dimarahi habis-habisan oleh ibun tirinya.
“Ingat jangan ulangi lagi kesalahanmu,dasar gadis bodoh !jelek!” bentak ibu tirinya suatu hari.
Bawang Merah setiap hari hanya bersolek. Ia Berusaha berdandan sebaik-baiknya. Namun diam-diam ia harus mengakui bahwa Bawang Putih ternyata jauh lebih cantik daripada dirinya. Padahal bawang Putih tidak pernah bersolek secara berlebihan seperti Bawang Merah.
Seperti biasa setiap hari Bawang Putih diperintah mencuci pakaian-pakaian kotor yang jumlahnya cukup banayak. Karena kebaikan dan ketulusan hatinya. Ada seekor ikan mas ajaib yang membantunya. Begitu pakaian dicelupkan kedalam air seketikaitu juga pakaian itu menjadi bersih dengan sendirinya.
Melihat pekerjaan yang berat dapat diselesaikan dalam waktu singkat, si ibu tiri menjadi curiga. Suatu ketika Bawang Merah disuruh mengamati dari jauh siapakah yang membantu pekerjaan si Bawang Putih.
“Oh, ternyata dia di Bantu oleh ikan ajaib?” gumam Bawang Merah,”Hem, aku ada akal untuk…..”
Bawang Merah lalu menangkap ikan itu tanpa sepengetahuan Bawang Putih. Lalu ikan itu dibawa pulang, dimasak dan mereka makan habis dagingnya.
Hanya duri dan kepala yang disisakanoleh ibu dan anak yang dengki itu. Mereka memberikan sisa ikan itu agar dimakan Bawang Putih. Tapi Bawang Putih tidak mau memakannya. Ia mengubur kepala dan duri ikan itu dihalaman depan rumahnya. Tak berapa lama tumbuh tanaman bunga yang indah.
Pada suatu hari ada Pangeran Kerajaan yang melintas di tempat itu. Pangeran sangat tertarik atas keindahan bunga yang sedang mekar dihalaman rumah Bawang Putih
Pangeran turun dari kudanya dan bertanya siapakah yang menanam bunga itu. Bawang Merah mengaku yang menanamnya. Tapi pangeran itu menggelengkan kepalanya. Sebab ia sudah tahu siapa sesungguhnya yang menanam bunga itu
“Kau telah makan ikan jelmaan diriku, tubuh kalian akan mengeluarkan sisik seperti ikan,” Baru saja pangeran berkata demikian ibu dan anak yang jahat itu menjerit karena tubuhnya jadi bersisik, Mereka lari karena malu. Sementara Bawang Putih diboyong ke istana untuk menjadikan istri Pangeran. .

Kamis, 30 April 2009

Cerita dari Sumatra Barat


MALIN KUNDANG ANAK DURHAKA
Dahulu kala di Padang Sumatra Barat tepatnya di Perkampungan Pantai AirManis ada seorang janda bernama Mande Rubayah. Ia mempunya seorang anak laki-laki yang bernama Malin Kundang.
Malin sangat di sayang oleh ibunya, karena sejak kecil Malin Kundang sudah di tinggal mati oleh ayahnya.
Malin dan ibunya tinggal di perkampungan nelayan. Ibunya sudah tua ia hanya bekerja sebagai penjual kue. Pada suatu hari Malin jatuh sakit. Tubuhnya mendadak panas sekali. Mande Rubayah tentu saja sangat bingung. Tidak pernah Malin jatuh sakit seperti ini. Mande Rubayah berusaha sekuatnya untuk mengobati Malin dengan mendatangkan tabib.
Nyawa Malin yang hampir melayang itu akhirnya dapat di selamatkan berkat usaha keras ibunya. Setelah sembuh dari sakitnya ia makin sayang. Demikianlah Mande Rubayah sangat menyayangi anaknya. Sebaliknya Malin juga amat sayang kepada ibunya.
Ketika sudah dewasa, Malin berpamit kepada ibunya untuk pergi merantau. Pada saat itu memang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis.
"Bu, ini kesempatan yang paling baik bagi saya." kata Malin. "Belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Saya berjanji akan merubah nasib kita sehingga kita akan menjadi kaya raya."
Meski dengan berat hati akhirnya Mande Rubayah mengizinkan anaknya pergi. Malin dibekali nasi berbungkus daun pisang sebanyak 7 bungkus.
Hari-hari berlalu terasa lambat bagi Mande Rubayah. Setiap pagi dan sore Mande Rubayah memandang ke laut. Ia bertanya-tanya dalam hati, sampai di manakah anaknya kini? Jika ada ombak dan badao besar menghempas ke pantai, dadanya berdebar-debar, Ia menedahkan kedua tangannya ke atas sembari berdo'a agar anaknya selamat dalam pelayaran. Jika ada kapal yang datang merapatia selalu menanyakan kabar tentang anaknya. Tetapi semua awak kapal atau nahkoda tidak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Malin tidak pernah menitipkan barang atau pesan apapun kepada ibunya.
Itulah yang dilakukan Mande Rubayah setiap hari selama bertahun-tahun. Tubuhnya semakin tua dimakan usia. Jika berjalan ia mulai terbungkuk-bungkuk
Pada suatu hari Mande Rubayah mendapat kabar dari nahkoda yang dulu membawa Malin bahwa sekarang Malin telah menikah dengan seorang gadis cantik putri seorang bangsawan kaya raya. Ia turut gembira mendengar itu. Ia selalu berdo'a agar anaknya selamat dan segera kembali menjeguknya.
"Ibu sudah tua Malin, kapan kau pulang..."rintih Mande Rubayah tiap malam.
Namun hingga berbulan-bulan semenjak ia menerima kabar Malin belum juga datang menengoknya. Namun ia yakin bahwa pada suatu saat Malin pasti kembali.
Harapan terkabul. Pada suatu hari yang cerah dari kejauhan tampak sebuah kapal yang indah berlayar menuju pantai. Kapal itu megah dan bertingkat-tingkat. Orang kampung mengira kapal itu milik sultan atau seorang pangeran. Mereka menyambutnya dengan gembira.
Ketika kapal itu mulai merepat, tampak sepasang muda-mudi berdiri di anjungan. Pakaian mereka berkilauan terkena sinar matahari. Wajah mereka cerah dihiasi senyum. Mereka nampak bahagia karena disambut dengan meriah.
Mande Rubayah ikut berdesakan melihat dan mendekati kapal. Jantungnya berdebaran keras. Dia sangat yakin sekali bahwa lelaki muda itu adalah anak kesayangannya--->Malin Kundang.
Belum lagi tetua desa sempat menyambut, Ibu Malin terlebih dahulu menghampiri Malin. Ia langsung memeluk Malin erat-erat. Seolah takut kehilangan anaknya lagi.
"Malin, anakku,"katanya menahan isak tangis karena gembira. "Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?"
Malin terpana karena dipeluk wanita tua renta yang berpakaian compang-camping itu. Ia tidak percaya bahwa wanita itu adalah ibunya. Seingat Malin, ibunya adalah seorang wanita berbadan tegar yang kuat menggendongnya kemana saja. Sebelum dia sempat berpikir dengan tenang, istrinya yang cantik meludah sambil berkata,"Cuih! Wanita buruk inikah ibumu? Mengapa kaumembohongi aku?"
Lalu ia meludah lagi. " Bukankah dulu kau katakan ibumu adalah seorang bangsawan sederajad dengan kami?"
Mendengar kata-kata istrinya, Malin Kundang mendorong wanita itu hingga terguling ke pasir. Mande Rubayah hampir tidak percaya pada perlakuan anaknya, ia jatuh terduduk sambil berkata,"Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak!"
Malin Kundang tidak menghiraukan perkatan ibunya pikirannya kacau karena ucapan istrinya, Seandainya wanitaitu benar ibunya, dia tidak akan mengakuinya. Ia malu kepada istrinya. Melihat wanita itu beringsut hendak memeluk kakinya. Malin menendangnya sambil berkata," Hai, Perempuan tua! ibuku tidak seperti Engkau ! melarat dan dekil!.
Wanita tua itu terkapar di pasir. Orang banyak terpana dan kemudian pulang kerumah masing- masing. Tak disangka Malin yang dulu sangat disayang tega berbuat demikian. Mande Rubayah pingsan dan terbaring sendiri. Ketika sadar Pantai Air Manis sudah sepi. Di laut dilihatnya kapal mali semakin menjauh. Hatinya perih seperti tertusuk-tusuk. Tangan ditadahnya ke langit. Ia kemudian berseru dengan hatinya yang pilu ,"Ya Allah Yang Maha Kuasa, kalau dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi. Tapi kalau memang dia benar anakku, Malin Kundang, aku mohon keadilan-Mu, ya tuhan.......!
tidak lama kemudian, cuaca di tengah laut yang tadi nya cerah, mendadakberubah menjadi gelap. Hujan tiba-tiba turun dengan teramat lebat. Entah bagaimana walnya tiba-tiba badai besar. Menghantam kapal malin Kundang. Disusul sambaran petir yang menggelegar. Seketika kapal itu hancur berkeping. Kemudian terhempas ombak hingga ke pantai.
Ketika matahari pagi memancarkan sinarnya, badai telah reda. Di kaki bukit terlihat kepingan kapal yang telah menjadi batu. itulah kapal Malin Kundang. tak jauh dari tempat itu nampak sebongkoh batu yang menyerupai tubuh manusia.. Konon itulah tubuh Malin Kundang anak durhaka yang kena kutuk ibunya menjadi batu. Di sela-sela batu itu berenang-renang ikan teri, ikanbelanak, ikan tenggiri. Konon ikan itu berasal dari serpihan tubuh sang istri yang terus menerus mencari Malin Kundang.
Demikian, sampai sekarang, jika ada ombak besar menghantam batu-batu yang mirip kapal dan manusia itu, terdengar bunyi lolongan jerit manusia. Sungguh memilukan kedengarannya. Kadang-kadang bunyinya seperti orang meratap menyesali diri. " Ampun,Bu..........! Ampuuun,Buuuu.....!" konon itulah suara Malin Kundang.
Orang yang durhaka kepada orang tua nya----terutama kepada Ibunya, orang tersebut tidak akan bisa masuk surga kecuali setelah mendapatkan pengampunan ibunya.




Rabu, 29 April 2009

monas

ini gambar monas di malam hari.
lebih enak di pandang daripada siang hari, indah bukan

Selasa, 28 April 2009

Salam kenal

assalammulaikum warohmatullahi wabarokatuh
pertama gw ucapin puji sukur ke hadiran allah swt atas nikmat yang di berikan nafas kehidupan di dunia ini
terima kasih gw ucapin ke pada ortu
terima kasih gw ucapain ke pada Guru yang telah mendidik gw ampe sekarang
terima kasih gw ucapin ke pada teman yang sudah menyemangati dan dukungannya atas terbuat nya blog gw ini, biar pun sederhana tuh semua buat kemajuan buat gw sendiri.
sekian dulu dari gw
jangkrik007